Pages

Subscribe:

Labels

Jumat, 26 April 2013

Epistemologi Bayani, Burhani dan Irfani (1)


Pendahuluan
            Ketika umat Islam berada dalam problem ketidakberdayaan dan keterbelakangan yang total, hanya satu yang bisa dibanggakan yaitu teks suci itu, pilihannya adalah apakah teks harus ditinggalkan atau bagaimana, jawabannya akan kita ketahui suatu saat nanti.

Al-Qur`an dan Al-Hadist sangat masyhur dengan nilai-nilai dan konsep untuk memberikan tuntunan hidup manusia, begitu juga mengenai petunjuk ilmu pengetahuan. Jika manusia mau meggali isi kandungannya niscaya akan banyak ditemukan beberapa persoalan tentang ilmu, baik ilmu pengetahuan social maupun ilmu pengetahuan alam. Betapa ilmu itu penting artinya, sehingga hampir setiap saat manusia tidak pernah lepas dari aktivitas pencarian ilmu tersebut karena keungggulan suatu umat manusia atau bangsa juga akan tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan rasio, anugrah Tuhan itu untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT. Hingga pada akhirnya Diapun mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang luhur.(QS. Al-Mujadalah : 11)

Dari segi metode ilmu diperoleh dari jalan Indrawi (pengamatan) dan pembuktian (verifikasi) yang berdasar experimentasi, sementara agama diperoleh dari keyakinan (iman) atau wahyu yang dibawa rasul. Namun ilmu secara azazi bertujuan untuk kebahagiakan dan kesejahteraan ummat manusia di dunia dan akhirat ,maka ilmu diharapkan integral pada diri manusia sebagaimana tercermin dalam Al-Qur`an.
Oßg÷YÏBur `¨B ãAqà)tƒ !$oY­/u $oYÏ?#uä Îû $u÷R9$# ZpuZ|¡ym Îûur ÍotÅzFy$# ZpuZ|¡ym $oYÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$# ÇËÉÊÈ  
Artinya : dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka"(Al-Baqoroh :201).

            Secara epistemologis terhadap tekstual akan menimbulkan beberapa pertanyaan : apakah kita mampu memahami kenyataan haqiqi dan realitas ?. Dalam hal ini kita dapat berpresepsi bahwa bagaimanapun posisi Al-Qur`an tetap merupakan unsur konstitutif yang sangat berpengaruh di dalam paradigmanya, dan ini bukan berarti bahwa apa yang dibangun oleh manusia sebagai paradigma atau interpretasi itu merupakan kebenaran sejati, melainkan ia lebih merupakan ijtihad yang boleh jadi khilaf.

0 komentar:

Posting Komentar

SPONSORED