EMPIRISME
Empirisme berasal dari kata Yunani empeiria yang berarti “pengalaman indrawi”. Empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan dan pengetahuan, baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman bathiniah yang menyangkut pribadi manusia saja. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan atau data yang diperoleh melalui pengalaman, ini berarti filsafat empirisme ini sangat mengecilkan peranan akal.
Empirisme Menurut Pemahaman John Locke
John Locke adalah filosof Inggris, ia dilairkan di Wrington, dekat Bristol, Somersethshire Inggris, pada tahun 1632. Ia meneliti dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana) manusia memakai kemampuannya, dengan mengemukakan asal mula gagasan manusia, lalu menemukan fakta-fakta dan menguji kepastian serta memeriksa pengetahuan manusia.
Kami setuju terhadap pendapat john locke dengan alasan pendapat-pendapatnya bisa di terima meskipun masih ada kekurangan yang harus dilengkapi.
Seperti :
A. Pendapat John Locke Tentang Empirisme :
1) Sensation dan Reflection adalah istilah yang digunakan oleh Jhon Locke. Sensation adalah sesuatu yang berhubungan dengan dunia luar tapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya, sedangkan Reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik dari sensation, namun dalam mencari pengetahuan manusia harus mendahulukan sensation.
2) Semua pikiran dan gagasan kita berasal dari sesuatu yang telah kita dapatkan melalui indra, akan tetapi, pikiran tidak hanya bersifat fasif menerima informasi dari luar namun berlangsung dalam pikiran pula sehingga menimbulkan apa yang dinamakan perenungan. Dalam proses perenugan inilah orang harus waspada.
3) Baginya ada dua kualitas macam pengindraan. Pertama, kualitas ‘primer’ yaitu menyangkut luas, berat, gerakan, jumlah, dan seterusnya, dalam hal ini kita dapat merasa yakin bahwa indra menirunya secara objektif. Kedua, kualias ‘skunder’ yaitu menyangkut warna, bau, rasa, suara yang bukan pasti melekat pada benda-benda itu sendiri, tapi hanya menirukan pengaruh lahiriah terhadap indra kita.
B. Faktor Pembatas Empirisme John Locke :
a) Pengalaman yang merupakan dasar utama empirisme seringkali tidak berhubungan langsung dengan kenyataan obyektif. Pengalaman ternyata bukan semata-mata sebagai tangkapan pancaindera saja. Sebab seringkali pengalaman itu muncul yang disertai dengan penilaian
b) Dalam mendapatkan fakta dan pengalaman pada alam nyata, manusia sangat bergantung pada persepsi pancaindera. Pegangan empirisme yang demikian menimbulkan bentuk kelemahan lain.
c) Dalam empirisme pada prinsipnya pengetahuan yang diperoleh bersifat tidak pasti. Prinsip ini sekalipun merupakan kelemahan, tapi sengaja dikembangkan dalam empirisme untuk memberikan sifat kritis ketika membangun sebuah pengetahuan ilmiah.